•   02 May 2024 -

Kilang Gas Bontang yang Sekarat Bisa Bangkit Lagi, Produksi Gas Merakes Melonjak

Bontang - Redaksi
25 Februari 2023
Kilang Gas Bontang yang Sekarat Bisa Bangkit Lagi, Produksi Gas Merakes Melonjak Kilang Bontang.

BONTANG, KLIKKALTIM.COM - Train Kilang Gas Alam Cair (LNG) Bontang yang sempat mati kini bisa hidup lagi. Kilang Bontang akan mendapat pasokan produksi gas dari  proyek pengembangan Lapangan Merakes di Wilayah Kerja (WK) atau Blok East Sepinggan.

Produksi gas di Lapangan Merakes mengalami kenaikan signifikan. Produksi gas melonjak dari yang semula hanya 90 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 790 MMSCFD. 

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan peningkatan produksi gas ini merupakan kabar yang cukup bagus untuk produksi lifting gas nasional. Pasalnya, kenaikan produksi dari Lapangan Merakes dapat menghidupkan beberapa train di Kilang Gas Alam Cair (LNG) Bontang yang sempat mati.

"Kabar bagus, ENI Merakes produksinya kan kemarin 90 MMSCFD, naik menjadi 790 MMSCFD, nanti LNG yang di Bontang bisa hidup lagi," kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (24/2/2023) yang dikutip dari CNBCindonesia.

Baca juga: ENI Cs Deal Pemrosesan Gas dengan Kilang Bontang

Dikutip dari situs Kementerian ESDM Arifin Tasrif meresmikan pengembangan Lapangan Merakes di Wilayah Kerja East Sepinggan yang dibangun dengan investasi senilai US$ 1,3 miliar pada Juni 2021 lalu.

"Dengan diselesaikannya salah satu proyek migas besar yaitu pengembangan lapangan Merakes diharapkan produksi dan pemanfaatan gas bumi di Indonesia akan semakin meningkat. Selamat kepada Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan ENI Indonesia atas keberhasilan produksi gas di Lapangan Merakes ini," katanya saat itu.

Baca juga: Raksasa Migas Italia Garap Proyek Rp 51 T, Perpanjang Umur Kilang Gas Bontang

Keberadaan Lapangan Merakes, sambung Arifin, yang cukup strategis sekitar 35 kilometer (km) tenggara dari Floating Production Unit (FPU) Jangkrik, memungkinkan ENI dapat memaksimalkan sinergi dan meningkatkan ekonomi lapangan dengan infrastruktur terdekat.

"Produksi dari lapangan ini bisa berkontribusi pada perpanjangan umur operasi kilang LNG Bontang, yang memasok LNG ke pasar domestik maupun ekspor," jelasnya.

SKK Migas bersama dengan produsen gas di Kalimantan Timur dan Badak LNG juga sudah menandatangani perjanjian pemrosesan gas di Kilang LNG Bontang alias Bontang Processing Agreement (BPA) pada Senin (13/02/2023) lalu.

Lewat perjanjian ini, maka pengolahan gas bumi menjadi gas alam cair (Liquefied Natural Gas/ LNG) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari berbagai produsen migas di Kalimantan Timur bisa diolah di Kilang LNG Bontang dan pada akhirnya memiliki kepastian hukum yang lebih baik.

Hadir dalam penandatanganan ini Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, beserta jajaran Manajemen SKK Migas, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro dan Presiden Direktur Badak LNG Gema Iriandus Pahalawan, Pimpinan Tertinggi KKKS PHM, PHKT, PHSS, ENI Muara Bakau, ENI East Sepinggan dan Chevron Rapak.

Dalam sambutannya, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto memberikan apresiasi kepada seluruh pihak, terutama Pertamina yang telah memberikan dukungan kepada Badak LNG atas ditandatanganinya perjanjian ini.

"Kerja sama dan niat baik yang telah ditunjukkan selama ini. Dengan kerja sama yang baik tersebut akhirnya terdapat underlying document yang resmi, mengenai kegiatan pemrosesan gas di Kilang LNG Badak sebagai tindak lanjut atas penetapan Menteri Keuangan," kata Dwi, seperti dikutip dari keterangan resmi SKK Migas, Senin (13/02/2023).

Dwi menambahkan, dengan ditandatanganinya perjanjian ini, maka tidak hanya dapat menjadi payung hukum bagi para pihak, namun juga dapat memberikan kepastian investasi, khususnya dalam pelaksanaan operasional, serta sebagai implementasi dari prinsip tata kelola hulu migas yang baik.

Baca juga: Proyek Kilang dan Jalan Tol Samarinda-Bontang Batal, Wali Kota Basri Tempuh Cara Ini

Menurut Dwi, Kilang LNG Badak (Bontang), memegang peranan yang sangat krusial dalam upaya pencapaian lifting gas nasional, di mana pada tahun 2022 sekitar 41% dari volume produksi LNG nasional atau sebesar 81 kargo diproses di Kilang LNG Badak.

Dari penjualan LNG tersebut, mampu menghasilkan penerimaan negara sebesar US$ 2,76 miliar atau sekitar Rp 41 triliun.

Pada kesempatan tersebut, Dwi juga meminta Badak LNG untuk melakukan upaya efisiensi penggunaan gas (own use) untuk operasional kilang LNG, sehingga penerimaan negara dapat lebih dioptimalkan.




TINGGALKAN KOMENTAR