Kejanggalan Hasil Lab Dugaan Pencemaran PT EUP, Penyebab Kematian Ikan Justru Tak Jadi Pokok Pengujian

BONTANG - Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Esti Handayani Hardi mengomentari hasil uji laboratorium dugaan pencemaran lingkungan PT Energi Unggul Persada (EUP) yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bontang. Dia menyebut data yang ditampilkan justru tidak menjawab penyebab kematian ikan di peraian dekat dengan wilayah operasi perusahaan.
Di dalam lampiran hasil lab yang dikirimkan awak media, Ahli Lingkungan asal Unmul itu juga tidak melihat hasil dampak ikan mati di lingkungan perusahaan.
Padahal di dalam data tersebut menerangkan hasil kecerahan dan kekeruhan air yang di atas ambang batas. Kematian ikan mustinya yang dijadikan pokok utama dalam pengusutan kasus dugaan pencemaran lingkungan.
Apalagi kematian ikan merupakan kejadian puncak dari perubahan kondisi perairan. Sebelum mati ikan menunjukkan gejala Abnormalitas baik dari perubahan suhu, nafsu makan, tingkah laku ikan berenang dan akibat Patologi Anatomi pada organ luar ikan.
Belum lagi faktor kekeruhan air juga bisa berdampak pada penghambatan oksigen yang diterima ikan. Sayangnya dalam hasil lab tersebut kandungan Amonial Total tidak muncul.
"Dampaknya akan mengganggu respirasi ikan, penghambatan penyerapan oksigen, sayangnya kandungan bahan organik seperti amonial total tidak muncul," ucapnya kepada awak media.
Dia mengatakan persoalan lingkungan berkepanjangan sudah terjadi di Bontang. Seharusnya pemerintah punya intervensi khusus dalam memastikan Industri mengelola lingkungan dengan baik.
Bahkan dirinya sejak 2018 silam menemukan banyak laporan terkait ikan mati masal. Kejadian ini terus berulang karena belum ada langkah kongkrit yang baik.
"ada enggak pemeriksaan patogen vNN, iridovirus, vibrio, streptococcus. bakteri dan virus ini dipicu peningkatan bahan organik sehingga kepadatan patogennya meningkat. Terus infeksi meningkat, akhirnya menimbulkan sakit pada ikan. apakah kematian disebabkan karna polusi atau limbah? jawabnya iya dan tidak itu harus ditelusuri," tuturnya. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: