Dua Proyek Senilai Rp 33,4 Miliar Menguap, Kerja Panitia Tender Disoroti DPRD

KLIKKALTIM - Wakil Ketua DPRD Bontang Agus Haris menilai panitia tender proyek infrastruktur yang didanai bantuan keuangan (bankeu) di Bontang ‘cacat’ dalam menjalankan tugasnya. Pasalnya anggaran Rp 33,4 miliar yang sedianya digunakan untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur di Kota Taman menguap begitu saja akibat alotnya proses tender.
Politukus Gerindra ini menegaskan, panitia lelang mestinya lebih selektif dalam menentukan pemenang tender. Tentu ini mesti dimulai dengan kejelian dan ketelitian menyeleksi para peserta tender. Akibat mengabaikan aspek kehati-hatian tersebut, pemenang tender yang diumumkan panitia justru terus-terusan disanggah. Ini membuat proses tender jadi berlarut, dan berujung pada kegagalan tender. Duit Rp 33,4 miliar dari Pemrov Kaltim lantas menguap begitu saja.
“Saya anggap panitia lelang tidak beres dalam melakukan tugasnya, sehingga menimbulkan persoalan tersendiri,” tegas Agus Haris ketika dikonfirmasi, Senin (6/9/2021) pagi.
Agus mengatakan, tujuan dari lelang tersebut sejatinya untuk pembangunan demi kemaslahatan warga Bontang. Terlebih dua pekerjaan tersebut untuk mengatasi persoalan. Yakni proyek drainase dan penurapan Sungai Bontang.
“Kalau begini masyarakat yang dirugikan. Imbas lainnya, kepercayaan dari Pemprov Kaltim untuk Bontang bisa hilang,” tegasnya.
Ia menilai, selain kelompok kerja (pokja) sebagai panitia lelang, peserta lelang pun ikut bertanggung jawab akibat kegagalan ini. Mestinya mereka bisa menahan ego. Antar peserta seharusnya bisa saling menjalin komunikasi yang baik. Dia mencontohkan, antar peserta lelang dapat membangun kesepakatan melakukan pengerjaan proyek itu secara kolektif.
“Tahun depan belum tentu Bontang bisa dapat lagi,” sesalnya.
Sebabnya ia mendorong agar Komisi III melakukan pemanggilan terhadap pihak-pihak terkait. Ini untuk mencari tahu duduk perkara gagalnya dua tender senilai Rp 33,4 miliar itu.
“Saya mendorong Komisi terkait untuk mencari tahu apa penyebab utamanya hal ini terjadi,” tandasnya.
Ada dua proyek infrastruktur fisik gagal terealisasi di Bontang. Pertama proyek lanjutan penurapan sungai di Jalan Brokoli, Kelurahan Gunung Elai senilai Rp 22,9 miliar. Dan terakhir proyek perbaikan drainase dan peninggian median jalan di Jalan Asmawarman di Kelurahan Gunung Telihan, Bontang Barat sepanjang 1 kilometer. Dengan nominal Rp10,5 miliar. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: