•   06 May 2024 -

Teror Buaya Selambai, Sampai Kapan Kejadian Terus Berulang ?

Bontang - Redaksi
27 Februari 2021
Teror Buaya Selambai, Sampai Kapan Kejadian Terus Berulang ? Kemunculan buaya di kolong rumah warga Selambai/instagram Bontangku

KLIKKALTIM.COM - Kaki kiri Alfian (13) bocah Selambai, Kelurahan Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara dibebat perban berlapis, Sabtu (27/2/2021).

Pergelangan kakinya nyaris saja terputus. Dari foto yang diterima klikkaltim, jejak sayatan taring buaya dalam sekali menancap.

Sore itu, Alfian sedang asik berenang dengan teman sebaya. Ia tak perduli dengan ancaman buaya.

Padahal 3 hari sebelumnya,  tetangganya yang berusia sedikit lebh tua diterkam buaya. Juga mengalami luka cabikan di kakinya.

Klik Juga : Dibalik Aksi Berbahaya Pemuda Selambai & Keharusan Hidup Akur dengan Buaya

Tapi hasrat bermain remaja pesisir lebih kuat. Ancaman dari satwa ganas ini pun tak diindahkan.

Dan terjadi lagi. Hewan amfibi itu kembali berulah. Kejadian itu menggenapkan jumlah serangan buaya menjadi 8 kali di Selambai.

"Hanya berselang 3 hari saja dari kejadian kemarin," ujar Aipda Bajuri kepada wartawan, Sabtu (27/2/2021).

Sebenarnya sudah ada papan larangan berenang di sekitar Selambai. Orang tua pun acapkali mengingatkan buah hatinya selalu waspada.

Tetapi, bocah pesisir tak surut langkah. Air laut selalu menantang bagi mereka. Pun menjadi wahana wajib bagi anak-anak remaja di sana.

"Yah tidak bisa dipisahkan dengan laut. Namanya saja pesisir," ujar Anggota DPRD Bontang yang juga warga Selambai.

Ekspansi Buaya

Dahulu perairan Selambai tak mencekam seperti sekarang. Warga mulai dari pemuda hingga lansia rutin berenang di air.

Tak pernah khawatir ada satwa berbahaya. Namun, suasana harmonis itu tak lagi dirasakan.

Buaya dan manusai berebut tempat di Selambai. Warga harus mengalah dengan satwa buas itu.

"Dulu kalau kepingin mandi tinggal jebur. Sekarang was-was, saya sendiri takut," ujar Faizal.

Buaya-buaya air muara ini mulai ekspansi ke Selambai kurun 5-6 tahun terakhir. Dugaan kuat karena habitat mereka di muara, Kelurahan Guntung terganggu.

Itulah alasan paling logis amfibi ini 'hijrah' hingga ke Selambai. "Yah sejak banyak perusahaan lah," kenangnya.

Hanya Buaya Ganas Dievakuasi 

Konflik manusia dengan buaya di Selambai sudah sampai ke telinga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim.

Saat berita ini dibuat, tim evakuasi BKSDA sedang di perjalanan menuju ke Bontang.

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Seksi Konservasi Wilayah II Tenggarong, Ridho menjelaskan tak seluruh buaya bisa dievakuasi.

Hanya satwa yang agresif saja yang harus direlokasi. Ada sebagian satwa justru takut dengan kehadiran manusia. Mereka hanya berburu mangsa alaminya.

“Yah yang suka menyerang saja bakal ditangkap,” ujar Ridho.

Penangkaran dan Pasukan Khusus Satwa

Anggota Komisi III Faizal mengusulkan Pemkot Bontang perlu meningkatkan profesionalitas regu penjinak satwa di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkartan).

Kata politisi Nasdem ini,  kinerja mereka cukup berhasil. Sejumlah satwa liar berhasil dijinakkan mulai dari ular hingga tawon.

Untuk buaya, masih terbatas. Beberapa kali, sukses menangkap buaya yang berada di pemukiman warga.

Faizal mendorong agar mereka diberi fasilitas mumpuni. Serta harus diedukasi untuk evakuasi buaya di wilayah perairan.

“Jadi kita tidak perlu lagi menunggu BKSDA untuk datang jauh-jauh,” ungkapnya.

Bukan itu saja, program ini harus komprehensif. Pemerintah juga harus menyiapkan penangkaran buaya. Areal steril untuk buaya-buaya yang ditangkap dari pemukiman warga.

Manfaatnya bukan hanya keselamatan si buaya saja. Pun bisa dieksploitasi untuk kepentingan daerah.

“Kalau ada penangkaran bisa seperti di Balikpapan. Bahkan kulit buaya juga bisa diekspor,” katanya.




TINGGALKAN KOMENTAR