Teroris Bacok Polisi, Petugas di Mapolsek Wonokromo Kritis
KLIKKALTIM -- Wajah Aiptu Agus Sumarsono berlumuran darah saat keluar dari ruang SPKT Polsek Wonokromo. Dia diserang orang tidak dikenal saat membuatkan laporan kemarin sore (17/8). Pelaku yang diduga teroris itu dibawa ke Mapolda Jatim dan diproses Densus 88 Antiteror. Diduga, dia adalah lone wolf (teroris yang beraksi sendiri).
Pembacokan itu terjadi sekitar pukul 16.00. Tepat setelah azan asar berkumandang, seorang pria dengan mengenakan jaket masuk ke ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Wonokromo. Dia hendak membuat laporan.
Pria tersebut dilayani Agus yang bertugas bersama Briptu Febian. Menurut informasi, pelaku tiba-tiba melompat sambil mengeluarkan celurit dari balik jaketnya. Dia menyerang dua petugas dengan beringas.
Febian berhasil menghindar. Sayang, Agus tidak bisa mengelak dari sabetan celurit pelaku. Senjata tajam tersebut mengenai kepalanya. Wajahnya memerah karena dipenuhi darah segar. Teriakan Agus yang menjerit kesakitan memancing perhatian polisi lainnya. Pelaku yang belakangan diketahui bernama Imam Musthofa berhasil dibekuk petugas Rusni, seorang pedagang minuman, menyatakan mendengar teriakan dari dalam polsek. Saat itu dia melaksanakan salat Asar di Musala Ar Rahman, Mapolsek Wonokromo. ’’Saya dengar teriakan kesakitan saat rakaat ketiga,’’ jelasnya.
Setelah salat, dia melihat seorang polisi yang masih berseragam lengkap keluar dari polsek. Wajahnya berlumuran darah. Tangan kanannya terluka. ’’Saya juga melihatnya. Ngeri kondisinya,’’ kata Parman, pedagang yang berjualan di dekat Mapolsek Wonokromo. Polisi yang berlumuran darah itu adalah Agus. Dia dibawa ke Rumah Sakit RKZ. ’’Kondisinya kritis, mudah-mudahan selamat,’’ kata polisi yang namanya tidak mau disebut.
Sekitar pukul 18.00 mobil Kapolda Jatim beserta jajarannya tiba di lokasi. Gerbang mapolsek ditutup rapat dan dijaga polisi bersenjata laras panjang. Terduga teroris yang menyerang Agus diperiksa intensif pukul 17.00–19.30. Dia keluar dengan pengamanan ketat dan langsung dibawa menggunakan mobil Toyota Innova ke Mapolda Jatim.
Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan membenarkan adanya kejadian tersebut. Namun, dia belum menyebutkan motif pelaku yang menyerang petugas. Yang jelas, Imam melakukan penyerangan saat hendak membuat laporan di SPKT.
Kapolrestabes Surabaya Kombespol Sandi Nugroho menambahkan, terdapat beberapa barang bukti yang disita dari tangan pelaku. Yakni, sebuah pisau penghabisan, sebuah celurit, sebuah ketapel, sebuah senjata airsoft gun, perlengkapan mandi, dan tas ransel hitam. Di dalam tas tersebut terdapat dua lembar kertas fotokopi yang bergambar bendera khilafah.
Mantan Kapolrestabes Medan itu tidak menyebut secara tegas motif pelaku. Termasuk status pelaku yang ditengarai terduga teroris. Yang jelas, saat ini Imam ditangani anggota Densus 88 Antiteror. ’’Tunggu ya, ini masih dikembangkan dan didalami,’’ ucapnya.
Di sisi lain, sumber di kepolisian menyebut Imam sudah berada di Surabaya selama tiga hari. Dia datang dari Madura untuk menjenguk istrinya. ’’Malam ini (tadi malam, Red) rencananya densus mau geledah rumahnya,’’ katanya.
Sebuah sumber di internal kepolisian menyebutkan bahwa pelaku sangat mungkin melakukan amaliyah dengan motif dendam. ’’Bisa jadi terkait dengan penangkapan banyak orang setelah pembakaran pos polisi di Madura Mei lalu,’’ katanya.
Selain itu, dia mengatakan bahwa pelaku sangat mungkin lone wolf. Tidak terkait dengan jaringan. ’’Jika dia punya jaringan, tentu skill membunuhnya setidaknya ada. Ini terkesan sporadis saja,’’ ucapnya. Hanya, dia menyatakan perlu menunggu penelusuran lebih lanjut. Penyelidikan tentu berkaitan dengan motif penyerangan. Apakah Imam punya jaringan? Siapa saja teman dekatnya? Kenapa dia menyerang? Dari mana senjata itu diperoleh? Kenapa Polsek Wonokromo yang diserang? Mana saja rute perjalanannya?
’’Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab,’’ jelasnya. ’’Tapi, jika ini serangan teroris, kemungkinan besar dari JAD yang berafiliasi ke ISIS. Ciri serangannya seperti itu. Sporadis, menggunakan sel kecil, dan kemampuan combatant rendah,’’ tambahnya.
Di bagian lain, mantan Kepala Instruktur Pembuatan Bom JI Jawa Timur Ali Fauzi menuturkan, tidak banyak yang tahu bahwa banyak orang Madura yang terlibat jaringan teroris. ’’Setahu saya, tidak sedikit yang terpapar ajaran radikal dan bergabung dalam kelompok-kelompok bawah tanah,’’ ungkapnya.
Fenomena lone wolf juga disebut Ali Fauzi sebagai kekonyolan. Sebab, pendalaman fikihnya kurang. Selain itu, ilmu kemiliterannya ngawur. ’’Jurus asal-asalan. Asal bisa membunuh polisi, asal bisa berjihad, asal bisa melaksanakan perintah mentornya, asal bisa mati ditembak polisi, asal bisa masuk penjara dengan pasal terorisme. Ini sesuatu yang harus diperangi bersama,’’ tegasnya.
Tadi malam, anggota Densus 88 menggeledah rumah Imam di Jalan Sidosermo gang IV. Belum diketahui pasti apa saja yang disita dari rumah tersebut. Yang jelas, menurut informasi, istri Imam sudah dibawa ke Mapolda Jatim untuk diperiksa lebih lanjut.
Sumber : Jawa Post
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: