10 Tahun Lagi RI Surplus Gas! Produksi LNG Bontang Diprediksi Meningkat 2 Kali Lipat
KLIKKALTIM - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sumber daya gas Indonesia berlimpah. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengungkapkan bahwa sumber daya minyak dan gas (migas) Indonesia akan melimpah di masa depan.
Tutuka mengungkapkan hal tersebut pada gelaran Agenda Paralel Energy Transitions Working Group (ETWG) Presidensi G20 Indonesia, bertajuk Exploring Short-term Solutions for the Global Gas Crisis, Senin (29/8/2022).
Neraca minyak dan gas Indonesia (migas) pada 2022-2030 diprediksi mampu memenuhi seluruh permintaan produksi domestik, baik dari suplai eksisting, suplai proyek, dan suplai potensial. Ditambah peran LNG yang akan makin optimal. Sesuai proyeksi, akan terdapat peningkatan produksi LNG pada 2028.
"Dalam 10 tahun mendatang, Indonesia akan surplus gas hingga 1.715 MMSCFD, berasal dari proyek potensial di berbagai daerah di Indonesia," ujar Tutuka.
Adapun proyeksi gas tersebut berasal dari beberapa proyek gas raksasa Indonesia, diantaranya adalah proyek gas lapangan abadi Blok Masela yang diprediksi akan berproduksi di pertengahan dekade ini. Kemudian proyek gas laut dalam atau Indonesian Deepwater Development (IDD) yang diharapkan dapat mendukung produksi Liquefied Natural Gas (LNG) Bontang.
"Ada juga Andaman dan Agung, yang diharapkan bisa berkontribusi pada neraca gas dalam jangka panjang," tambahnya.
Produksi LNG Bontang pada 2026 diperkirakan mencapai 28 kargo, kemudian akan meningkat hingga dua kali lipat menjadi 56 kargo. Sementara untuk produksi Blok Masela diperkirakan pada 2008 produksi LNG sekitar 150 kargo dan hingga 2035 produksinya relatif stabil.
Tutuka memaparkan bahwa sebanyak 64,3% produksi gas Indonesia pada 2021, yakni 5.734 BBTUD, digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sementara dari total keseluruhan produksi, sebanyak 27,45% untuk kebutuhan industri, 22,18% untuk ekspor berupa LNG, pupuk sebesar 12,08%, ekspor 13,14%, dan listrik 11,9%.
Indonesia memanfaatkan gas untuk kebutuhan domestik berupa LNG dan LPG masing-masing sebesar 8,56% dan 1,56%. Sebagian kecil dari sisa konsumsi adalah untuk gas kota dan bahan bakar transportasi.
Tutuka pun mengatakan bahwa Indonesia tidak terkena dampak langsung dari kondisi pasar gas yang penuh volatilitas, yang mana harganya terus menerus meningkat. "Sebagai produser dan eksportir, Indonesia tidak secara langsung terkena dampak dari kondisi pasar gas," tuturnya dalam forum.
Indonesia pun sepanjang 2021 mampu mengekspor LNG ke beberapa negara dengan volume penjualan menacapai 460 juta MMBTU. China sebagai negara tujuan ekspor terbesar dengan volume sekitar 250 juta MMBTU, diikuti Korea Selatan sebesar 80,23 juta MMBTU dan Jepang sebesar 63,76 juta MMBTU.
Sementara itu, di hilir LNG Indonesia mengekspor sebanyak 111 juta MMBTU dengan tujuan utama Jepang, Korea Selatam, dan China Taipei.
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: