•   20 April 2024 -

Kenali Difteri: Gejala, Penularan, Pengobatan, dan Pencegahan

Gaya Hidup - Redaksi
10 Januari 2023
Kenali Difteri: Gejala, Penularan, Pengobatan, dan Pencegahan Ilustrasi difteri.

KLIKKALTIM - Virus difteri pada anak mulai terdeteksi di Bontang, Kalimantan Timur. Tercatat pada akhir 2022 lalu terdapat lima orang anak yang dinyatakan positif dari hasil laboratorium. 

Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas. Penyakit ini dominan menyerang anak-anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring, hingga laring yang merupakan saluran pernapasan bagian atas. Demikian dijelaskan dalam buku Penyakit Menular di Sekitar Anda oleh Obi Andareto.

Baca juga : Virus Difteri Mulai Menyerang Anak di Bontang, Sudah Ditemukan 5 Kasus

Ciri khusus pada difteri berupa terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran napas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae.Lalu, bagaimana penyakit difteri ditularkan dan apa saja gejala yang muncul? Serta pengobatan dan pencegahan penyakit difteri?

Gejala Penyakit Difteri
Masa inkubasi bakteri difteri atau rentang waktu sejak bakteri masuk ke tubuh gejala muncul 2 hingga 5 hari. Gejala yang ditimbulkan difteri dikutip dari Buku Pintar Penanggulangan Wabah Penyakit Dunia dan Nasional oleh Yanuar, meliputi:

1. Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel

2. Demam dan menggigil

3. Sakit tenggorokan terutama ketika menelan

4. Sakit tenggorokan sehingga suara serak

5. Warna kulit kebiruan

6. Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening

7. Mengalami gangguan pernapasan, termasuk kesulitan bernapas, pernapasan menjadi cepat, dan terdapat suara ketika bernapas (stridor)

8. Keluarnya cairan dan darah dari hidung

9. Lesi pada kulit

Melansir dari situs Dinas Kesehatan Mojokerto, munculnya selaput berwarna keabuan di sekitaran bagian belakang tenggorokan Selaput ini bernama pseudomembran yang dapat berdarah jika dikelupas. Kondisi ini mungkin mengakibatkan rasa sakit ketika menelan. Pada beberapa kasus, gejala ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher yang disebut bullneck.

Cara Penularan Difteri

Penularan difteri terjadi melalui droplet saat penderita (atau karier yakni orang yang terinfeksi tetapi tidak mengalami tanda-tanda gejala penyakit) batuk, bersin, dan berbicara. Selain itu, debu atau muntahan juga bisa menjadi sumber penularan. Bahkan susu yang tidak dipasteurisasi dapat berperan menjadi media penularan difteri. Demikian dikutip dari buku Epidemiologi Penyakit Menular oleh Agustiawan, dkk.

Pengobatan Difteri

Difteri merupakan penyakit dengan kondisi serius dan perlu penangan langsung dari dokter. Pertama, dokter memberikan suntikan antitoksin (ADS/Anti-difteri serum) segera setelah diagnosis difteri ditegakkan, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri. Pemberian ADS berbarengan dengan antibiotik. Karena ADS tidak bisa digunakan untuk eliminasi bakteri penyebab, begitupun sebaliknya antibiotik tidak dapat menggantikan peran ADS untuk menetralisasi toksin difteri. Demikian dikutip dari Metode Diagnostik Cepat Laboratorium untuk Identifikasi Penyebab Difteri oleh DR. Sunarno, M Si Med.

Melansir situs Rumah Sakit Pariaman, apabila pasien memiliki alergi terhadap ADS akan diberikan dengan dosis rendah dan kadarnya ditingkatkan secara bertahap. Setelah itu dokter memberikan antibiotik untuk membantu mengatasi infeksi. Setelah ADS dan antibiotik diberikan, dokter akan memberikan rekomendasi dosis pendorong vaksin setelah sehat, untuk membangun imun tubuh terhadap bakteri difteri.

Pencegahan Difteri

Mengutip buku Modul Penyakit dan Pencegahan Masalah Kesehatan Anak di Rumah oleh Lufthiani, S Pd, cara mencegah terkena penyakit difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin diberikan melalui imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).

Melansir situs Dinas Kesehatan Kulon Progo. Imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali kepada anak pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun. Untuk anak yang berumur diatas 7 tahun dan orang dewasa diberikan vaksinasi Td dan Tdap. Vaksin tersebut akan melindungi terhadap tetanus, difteri dan pertusis harus diulangi setiap 10 tahun sekali.




TINGGALKAN KOMENTAR