Bontang Optimis Dapat Kucuran Dana Hibah Rp150 Miliar dari Korsel untuk Pengelolaan Sampah
                    Wali Kota Neni Moerniaeni mendampingi tim program Official Development Assistance saat melaksanakan peninjauan di TPA Bontang Lestari, Selasa (4/11/2025).
                BONTANG – Pemerintah Kota Bontang optimis menerima dana hibah senilai Rp150 miliar dari Pemerintah Provinsi Jeju, Korea Selatan, untuk pengembangan sistem pengelolaan sampah di daerah ini.
Bantuan tersebut merupakan bagian dari program Official Development Assistance (ODA) dan menjadikan Bontang sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang terpilih.
Kunjungan delegasi Jeju ke Bontang pada Selasa (4/11/2025) merupakan yang ketiga kalinya, setelah dua kunjungan sebelumnya pada September dan Desember 2024 lalu. Rombongan berjumlah 15 orang itu disambut Wali Kota Bontang Neni Moernaeni.
Rangkaian kunjungan kali ini meliputi peninjauan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bontang Lestari, serta sejumlah lokasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti bank sampah di tingkat RT dan pengolahan sampah di Bontang Kuala.
Neni Moernaeni mengatakan, hibah tersebut tidak diberikan dalam bentuk uang tunai, melainkan melalui serangkaian program konkret yang menyentuh langsung kebutuhan penanganan sampah.
“Ini menjadi kebanggaan karena Bontang akan menjadi daerah pertama di Indonesia yang menerima hibah dari Pemerintah Jeju. Kami optimis program ini akan membawa manfaat besar bagi pengelolaan sampah di Bontang,” ujar Neni.
Adapun empat program utama yang akan dijalankan dalam kerja sama ini meliputi pembangunan 30 rumah bersih di empat kelurahan, yakni Api-Api, Gunung Elai, Bontang Baru, dan Bontang Lestari.
Pembangunan fasilitas biodigester di lahan seluas 1,5 hektare di kawasan TPA Bontang Lestari.
Pengembangan sistem pengolahan dan daur ulang sampah, termasuk pemilahan dan pengemasan, serta sosialisasi dan kampanye hidup bersih, dengan fokus pada pengelolaan sampah rumah tangga.
Neni menambahkan, program ini juga sejalan dengan gerakan lokal “Gesit” (Gerakan Sampahku Tanggung Jawabku) yang telah diterapkan di tingkat RT dan komunitas.
Sementara itu, Professor Bae Sung Kim dari Department of Industrial and Applied Economics Jeju National University, menilai kondisi pengelolaan sampah di Bontang saat ini mirip dengan situasi yang pernah dihadapi Pulau Jeju dua dekade lalu.
“Kondisinya sama dengan Jeju sekitar 20 tahun lalu. Saat itu, kami juga menghadapi persoalan volume sampah yang tinggi seperti di Bontang sekarang,” ujar Bae Sung Kim melalui penerjemahnya. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: