•   16 May 2024 -

Ahli Ungkap Sejumlah Dugaan Penyebab Pertalite yang Kian Boros

Nasional - Redaksi
24 September 2022
Ahli Ungkap Sejumlah Dugaan Penyebab Pertalite yang Kian Boros Tangkapan layar unggahan foto disebut perbandingan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite lama dengan yang baru.(FACEBOOK)

KLIKKALTIM - Usai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di awal bulan ini, keluhan perihal dugaan penurunan kualitas bahan bakar minyak (BBM) RON 90 atau Pertalite ramai di media sosial. Menurut warganet, Pertalite saat ini dirasa lebih boros dibandingkan sebelumnya dengan pemakaian yang sama.

Kecurigaan warga ini didukung dengan kondisi antrean di SPBU Pertamina yang meningkat tajam. Bahkan, beberapa dari mereka rela pindah ke SPBU swasta untuk menghindari antrean panjang, meski dengan harga sedikit lebih mahal.

Analisis dan penjelasan ahli ITB Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Fakultas Teknik Mesin dan Dirgandara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswisjajanto mengatakan, penurunan kualitas Pertalite bisa dimungkinkan karena massa jenis yang berubah.

Menurutnya, massa jenis Pertalite yang ditetapakan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkisar antara 715-770. Faktor density atau massa jenis ini mencerminkan energi per liter bahan bakar.

"Jadi artinya dengan uang yang sama, kalau densitas itu turun maka kita akan mendapat energi yang lebih sedikit per liternya dari yang kita bayar," kata Tri dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Faktor penyebab

Ada beberapa faktor penyebab penurunan massa jenis BBM ini. Pertama, kondisi crude oil yang menurun secara alami.

Dalam hal ini, crude oil yang dimasak bisa menghasilkan nafta yang ringan dan berat. Nafta adalah hasil pengolahan crude oil yang sudah diproses sedemikian rupa, namun belum menjadi Pertalite. Kedua, kemungkinan adanya kesalahan saat proses pengolahan. Misalnya, kesalahan dalam formulasi, sehingga pengolahan yang dihasilkan berupa Pertalite dengan massa jenis rendah fraksi. Ciri Pertalite ini adalah warna lebih terang dan mudah menguap.

Kata ahli UGM

Sementara itu, Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jayan Sentanuhady menuturkan, kendaraan bermotor yang sebelumnya diisi Pertamax dan kini berganti Pertalite, maka hal ini memang akan terasa lebih boros. Peralihan pengguna Pertamax ke Pertalite dimungkinkan karena selisih harga keduanya yang besar. Menurut Jayan, Pertamax secara umum memiliki nilai kalor dan oktan yang lebih tinggi dibanding BBM yang lain.

Jika kemudian pemilik kendaraan menggunakan BBM dengan nilai oktan yang lebih rendah, maka akan menimbulkan masalah.

"Nilai oktan yang rendah berpotensi membuat mesin auto ignition, bahkan knocking. Nah auto ignition dan knocking ini membuat tenaga mesin drop," ujarnya.

"Sehingga untuk mendapatkan power yang sama dengan power BBM Pertamax sangat wajar oktan yang rendah akan lebih boros," sambungnya.

Perlunya pengujian Pertalite Untuk itu, kedua ahli ini menyarankan adanya pengujian guna memebuktikan klaim penurunan kualitas Pertalite. Pengujian yang paling mudah bisa dilakukan dengan meletakkan Pertalite dan Pertamax di satu wadah.

"Taruh saja Pertalite di wadah, kemudian kalau sebagai pembanding karena susah untuk dapat Pertalite yang lama maka pakai Pertamax saja sebagai pembanding," jelas Tri.

Kemudian, letakkan di tempat terbuka yang aman dari api, dan di tempat dingin. Jika Pertalite lebih menguap, maka klaim penurunan kualitas memang betul adanya. Hal ini karena dalam tabel spesifikasi bisa dilihat Pertamax dan Pertalite memiliki spesifikasi tekanan uap yang hampir sama sehingga seharusnya pada keduanya tak akan ada banyak perbedaan. Untuk pengujian lebih lanjut, bisa dilakukan engine test bed di laboratorium.

 




TINGGALKAN KOMENTAR