•   19 May 2024 -

Perkenalkan; Adi Permana, Jubir Gugus Tugas Penanggulangan COVID-19 Bontang

Kaltim -
25 Maret 2020
Perkenalkan; Adi Permana, Jubir Gugus Tugas Penanggulangan COVID-19 Bontang Adi Permana

KLIKKALTIM.COM -- Senin (23/3/2020) lalu media ini menghubungi Adi Permana melalui sambungan telepon sekira pukul 15.00 Wita. Sudah hampir dua minggu ini Adi adalah narasumber yang paling diburu awak media, selain tentunya, Wali Kota Neni Morniaeni. 

Telepon pertama, masuk, tak diangkat. Telepon kedua, masuk, namun ditolak. Tak sampai semenit, pesan singkat darinya masuk, 'I will call later' alias 'akan saya hubungi nanti'. Ini jenis pesan cepat bila seseorang tak bisa menerima panggilan karena ada urusan mendesak. 

Masih di hari sama, (Senin, red) sekira pukul 18.00 Wita, Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni mengumumkan 1 wargannya positif terpapar COVID-19. Selepas pengumuman itu, satu kota heboh. Terang saja Adi tak mengangkat kala dihubungi. Ternyata ia bersiap untuk sebuah pengumuman besar. Tapi, ya, bikin pendengarnya merinding. 

Sejak seorang warga Bontang dinyatakan COVID-19, sosok Adi selalu mencuri perhatian. Apapun, nyaris apapun terkait COVID-19 di kota ini, selalu butuh Adi sebagai narasumber utama. Tak mengherankan bila nama dan wajahnya hadir di nyaris seluruh media massa lokal Bontang. Setiap pernyataan mengenai COVID-19 yang keluar dari tuturnya selalu miliki news value—nilai berita. 

Tapi jangan kira melakoni tugas sebagai Jubir Penanganan COVID-19 Bontang itu enak. Adi mengaku, tugas ini amat menguras energi. Mobilitas tinggi. Saban hari tidur hanya 5 jam, kadang kurang. Ponsel nyaris tak pernah berhenti berdering-- baik dari panggilan telepon atawa pesan singkat di WhatsApp (WA). 

''Paling cepat saya istirahat itu jam 11 (malam). Tapi ponsel nyala terus 24 jam. Nanti subuh, pasti ada saja yang telepon atau nanya. Jadi harus saya jawab,'' ungkap Adi kala disambangi di Gedung Public Service Center (PSC), Kamis (26/3/2020) siang. Lagi-lagi di tengah kesibukan menangani penanggulangan COVID-19. 

Sebagai Jubir Gugus Tugas di Bontang, tugas Adi bukan sekadar mengomunikasikan informasi terbaru penanganan Covid-19. Membaca data yang sudah dihimpun tim call center, dan yah, swing-swing, beres. Tidak begitu. 

Sebelum pandemi COVID-19 ini melanda dunia— termasuk Bontang, sehari-hari dia bertugas sebagai Kasi Surveilance dan Imunisasi Dinkes Bontang. Pandemi COVID-19 bikin tugasnya ganda. Jubir COVID-19 Bontang iya, mengatur teknis laporan masyarakat di call center juga iya. 

Bukan apa-apa, karena semua, semua laporan warga yang masuk memang harus dilanjutkan ke Bidang Surveilance Dinkes Bontang. Merekalah yang kemudian bakal melakukan pemantauan untuk seluruh warga Bontang yang masuk dalam kategori monitoring, orang dengan pemantauan (ODP), dan pasien dalam pemantauan (PDP). Jumlahnya berapa? Ribuan. Tidak percaya? Rilis call center per Rabu (25/3/2020) siang, jumlah monitoring mencapai 2.191, OPD 16, PDP 1 orang. Totalnya: 2.208.

''Karena saya di surveillance (Dinkes), maka teknis penangan COVID-19 juga saya pantau,'' bebernya.

Pekerjaan Adi yang berkutat dengan penanganan kasus virus menular juga bikin keluarganya waswas. Terlebih di markas PSC itu selalu disambangi warga, terbuka untuk mengadu soal COVID-19. Tak ada yang menjamin setiap pengunjung itu bebas dari virus corona, atau virus apapun yang bisa menular.

"Pasti keluarga ada kekhawatiran. Apalagi di PSC ini kan semua orang bisa lalu lalang," beber Adi.

Sebisa mungkin ia meyakinkan keluarga, bahwa dirinya tak semberono melakoni tugas ini. Standar kemanan dan kesehatan sesuai imbauan Kemenkes dipatuhi secara detil.

BERSINGGUNGAN DENGAN MEDIA

Menjadi Jubir Penanganan COVID-19 sudah barang tentu membuat Adi harus kuat menahan setiap pertanyaan dan teropong lensa juru warta. Ini sebenarnya bikin dia sedikit kaget di awal. Karena atensinya sangat kuat. Namun seiring waktu dia coba beradaptasi, tidak mudah, tapi ada perkembangan. 

"Tiap hari ditanyain wartawan, pusing, tapi selalu berusaha menjawab," katanya, lantas terkekeh.

Adi sangat terbuka dengan media. Namun yang paling dia tekankan, setiap pemberitaan terkait COVID-19 sebisa mungkin tak menelanjangi identitas pengidap atau siapapun yang terkait dengan virus mematikan tersebut. 

Adi tak ingin pengidap COVID-19 psikisnya jatuh ketika melihat pemberitaan, ataupun keluarga pengidap malu lantaran citra pengidap COVID-19 di publik amatlah buruk. Seperti aib padahal itu bukan aib. Toh, siapa yang mau mengidap COVID-19. 

"Saya minta tolong, usahakan jangan pernah ekspose identitas pasien COVID-19 atau siapapun yang terkait covid ini. Kasian mereka, kasian juga keluarganya," harap Adi kepada media. 

Dia berharap media menyuguhkan pemberitaan yang mengunggah kesadaran publik untuk bahwa virus ini nyata, virus ini mengancam. Namun cara membangun kesadaran itu tidak dengan cara yang bikin publik tambah panik atau ketakutan. 

"Bantu kami unggah kesadaran masyarakat Bontang tekait covid ini. Saya lihat masih ada yang menyepelehkan," pintanya. 

Pun dia berharap, media dapat menawarkan cara melawan atau menekan penyebaran virus corona. Bisa dengan mencontoh daerah atau negara lain, atau ide lain yang muncul dari warga Bontang. 

"Teman media bisa beritakan bagaimana daerah atau negara lain tangani Covid-19. Bawa kesini (Bontang), unggah, dan semoga bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat dan pemerintah kita," tawarnya. 

Sementara kepada publik Bontang. Adi meminta jangan panik dengan virus corona. Virus itu bisa dilawan. Bila seluruh warga kota bersatu. Caranya mudah. Jangan abaikan imbauan pemerintah. Upayakan tinggal di rumah untuk menekan penyebaran virus. Bila ada kegiatan mesti di luar, upayakan jaga jarak (social distancing), hindari keramaian, terapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). 

"Kita enggak usah panik. Virus ini bisa dilawan kalau kita (warga kota) komitmen dan bersama mau melawannya," tandas Adi. (Fit Wahyuningsih) 




TINGGALKAN KOMENTAR