•   28 April 2024 -

Kisah Slamet dan Novita, Pasangan Tuna Rungu Pemilik Usaha Cuci Motor di Tanjung Laut Indah

Humaniora - M Rifki
04 September 2021
Kisah Slamet dan Novita, Pasangan Tuna Rungu Pemilik Usaha Cuci Motor di Tanjung Laut Indah Pasangan Slamet dan Novita sukses membuka usaha jasa cuci motor tuna rungu dengan 4 orang karyawan/M Rifki - Klik Bontang

KLIKBONTANG - Suara Jumirah sedikit lantang berbicara dengan putranya, Slamet, yang duduk bersebelahan dengannya di teras rumah, di Jalan Sultan Syahrir, Kelurahan Tanjung Laut Indah, Minggu (5/9) pagi. 

Pagi itu, Jumirah, 63 tahun, bersama putra dan menantunya duduk di selasar rumah sembari menanti pelanggan cuci motor. 

Di teras berukuran 5x5 meter itu Slamet membuka usaha jasa cuci motor. Pria tuna rungu itu juga mempekerjakan 4 orang karyawan, yang juga bernasib sama dengannya. 

"Harus sedikit keras suaranya kalau ngomong sama Slamet mas," ujar Jumirah kepada Klik Bontang 

Slamet Santoso mulai memulai bisnisnya sejak 2019 silam. Bermodalkan uang ibunya dan sedikit tabungan, ia membeli mesin pompa dan perlengkapan untuk bisnis cuci motor. 

Dibantu istrinya, Novita Sari, 40 tahun, Slamet merintis bisnis bersama 4 orang karyawan dari komunitas disabilitas. 

Di selasar beratap kanopi, spanduk Cuci Motor Tuna Rungu menggelantung. Reklame berkelir biru itu juga dipasangi kode bahasa isyarat bagi tuna wicara. 

"Sehari Alhamdulillah bisa dapat omzet Rp 300 - 400 ribu," ujar Jumariah yang mendampingi putranya. 

Selama sesi wawancara, Klik Bontang ditemani Jumariah untuk berbincang dengan putranya. Slamet dan istrinya merupakan pasangan disabilitas, selain tuna rungu istri Slamet juga tuna wicara atau bisu. 

Dari buah pernikahan keduanya, mereka dianugerahi 4 anak. Sejak dini, ke-4 anak itu disapih oleh Jumariah. Walhasil tumbuh kembang cucunya normal, dua diantaranya pun sudah bersekolah. Yang paling tua kini duduk di bangku kelas 8 sekolah menengah pertama, dan adiknya duduk di kelas 2 Sekolah Dasar. 

"Alhamdulillah, anak kami sehat dan normal seperti orang lainya, ibu saya yang merawat mereka dan melatih bicara," ujar Slamet terbata diikuti gerak bahasa isyarat dengan kedua tangannya.

Saban hari usaha jasa cuci motornya buka mulai pagi hingga petang. Selain berbisnis, Slamet juga bekerja sebagai petugas kebersihan di Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat. 

Di akhir pekan, Slamet mengisi kelas bahasa isyarat bagi penyandang tuna rungu. 

Kursus yang digelar tanpa memungut biaya itu mulai ramai diikuti warga yang senasib. Sekarang jumlah murid yang diajar sudah 18 orang. 

"Harus bertahap, karena tidak semua yang ikut ini pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti saya," ujarnya.

 Pontang Panting Demi Rupiah 

Sudah 3 hari terakhir Slamet pontang panting mencuci motor pelanggannya, karena mesin pompa bermasalah. 

Penyiraman dilakukan manual dengan selang semprot air, tanpa pompa. Ia belum memperbaiki kerusakan itu sebab masih menunggu gajinya dibayarkan dari tempatnya bekerja. 

Sudah 3 bulan terakhir, gajinya urung dibayar. Makanya hingga sekarang mesin pompa tak juga diperbaiki. 

Keuntungan bisnis cuci motor dibagi bersama dengan 4 orang pekerjanya. Untuk biaya operasional rumah, mulai listrik dan air ditutupi dengan gaji sebagai petugas kebersihan. 

"Gak tau kenapa dari pihak penyedia pekerja belum membayar gaji saya selama 3 bulan ini," kata Slamet terbata. 




TINGGALKAN KOMENTAR