•   19 May 2024 -

Curhatan Pedagang Lang-Lang : Modal Lenyap Kini Megap-Megap Diburu Angsuran Bank

Bontang - M Rifki
31 Mei 2021
Curhatan Pedagang Lang-Lang : Modal Lenyap Kini Megap-Megap Diburu Angsuran Bank Kondisi terkini lapak pedagang emperan di Lapangan Lang-Lang setelah lama tak beroperasi.

KLIKKALTIM.COM -- Pedagang emperan di Lapangan Bessai Berinta atau Lang-Lang masih megap-megap sampai sekarang.

Modal usaha mereka lenyap bersamaan dengan angsuran bank yang terus menjepit. Himpitan ekonomi makin sesak. Sumber utama penghasilan harian carut marut sejak tak lagi berjualan di Lapangan Lang-Lang. 

Yati--bukan nama sebenarnya- sekarang berjualan bakso dan mie ayam di lorong sempit di pemukiman padat penduduk, di Kelurahan Api-api, Bontang Utara. 

Pilihan berjualan di gang sempit harus dilakoni demi tuntutan angsuran bank yang terus menghimpit. 

Sebelumnya, Yati dan suaminya berjualan bakso dan mie ayam di salah satu lapak di Stadion Lang-Lang. Aktivitas ini sudah dijalani sejak 2012 silam. 

Seiring waktu, usaha yang dijalani kian membaik. Pasca suami berhenti kerja, kios bakso miliknya menjadi satu-satunya sumber pendapatan keluarga. 

Badai krisis itu datang tiba-tiba. Pandemi COVID-19 di awal 2020 meluluhlantakkan ekonomi keluarganya.

"Langsung ditutup lapangannya, yah terpaksa jualan di rumah saja. Tapi tak sebaik di stadion," ungkapnya kepada klik kaltim, Senin (31/5/2021). 

Memasuki bulan ke-4, pemerintah memberi secercah harapan. Lapangan kembali dibuka setelah vakum. Tetapi, kebijakan itu temporer. Hanya berselang 2 pekan, Lang-Lang kembali ditutup lagi. 

Di sinilah puncak masalahnya. Usai vakum 4 bulan, lapak pedagang banyak yang rusak. Tenda payung yang ditinggalkan lama robek. Begitupun atap kios pedagang. 

Banyak dari mereka yang meminjam uang bank. Ada juga yang meminjam modal dari koperasi simpan pinjam, yang angsurannya dibayar harian. 

Yati, memilih pinjam Rp 10 juta ke bank. Uang itu untuk modal awal dan perbaikan fasilitas di lapak yang rusak usai lama ditinggalkan. 

Roda ekonomi baru mulai berputar. Tiba-tiba lapak ditutup lagi. "Belum bisa balikin modal tapi sudah ditutup lagi, sampai sekarang," keluhnya. 

Angsuran bank terus berjalan. Bank tetap menagih pinjaman ke nasabahnya tanpa lelah. 

Yati tak sendiri, masih ada pedagang lain yang bernasib serupa. Pun lebih miris, karena harus membayar hari-hari ke koperasi simpan pinjam. 

Sekarang, pilihan berjualan di gang sempit harus dijalani. Angsuran bank kian menjepit, apalagi kebutuhan harian tak bisa ditunda. "Saya minta supaya bapaknya cari kerja lagi, kalau begini susah mas. Urusan perut tak bisa ditahan-tahan," katanya.

Pedagang lain juga menjerit. Pemerintah diminta peka. Janji pendirian pusat kuliner di Lang-Lang yang dulu disuarakan menguap begitu saja.  

Pedagang berharap bisa kembali berjualan. Supaya jerat hutang bisa dilonggarkan. Tapi sepertinya, mereka harus gigit jari dan menunggu janji lagi.

"Kalau kumuh, kan dulu pernah dijanjikan dibuatkan pusat kuliner yang rapi. Tapi sampai sekarang tak terealisasi,"pungkasnya. 




TINGGALKAN KOMENTAR