Rentetan Kasus Bunuh Diri di Bontang, Begini Kata Psikolog

KLIKKALTIM.COM - Sepanjang Maret 2021 kasus bunuh diri di Bontang tercatat sudah 3 kali terjadi.
Kasus paling anyar terjadi di Kecamatan Bontang Barat. Korban masih berusia belia. Pun berusia sekolah.
Belum diketahui pasti penyebab siswi ini nekat mengakhiri hidupnya. Tetapi polisi mendapati secarik kertas di kamar korban.
Sebelumnya dua kasus serupa juga terjadi di awal Maret lalu. Mula-mula seorang pria di Bontang Selatan tewas dengan tali terjerat di lehernya.
Pria yang dikenal ramah dan alim itu mengakhiri hidup dengan cara tragis.
Berselang sepekan setelahnya giliran wanita paruh baya juga memilih mengakhiri hidupnya di Kecamatan Bontang Utara.
Rentetan kasus bunuh diri ini mendapat catatan dari psikolog.
Ketua Prodi Psikologi Universitas Mulawarman Lisda Sofia mengatakan, motif dari bunuh diri ketika korban mengalami depresi berat.
Di dalam tekanan mental itu korban tak memiliki tempat berbagi keluhannya. Dorongan bunuh diri akhirnya muncul.
"Awalnya bisikan (bunuh diri) muncul sekali, tapi karena tekanan makin hebat. Akhirnya sering hingga korban tak kuasa," kata Lisdia kepada wartawan saat dikonfirmasi, Minggu (28/3/2021).
Lisdia menuturkan, biasanya kondisi ini dialami orang-orang yang berkepribadian tertutup.
Tempat curahan mereka sangat jarang. Korban merasa sulit menemukan orang yang bisa mengerti perasaannya.
Banyak faktor penyebab dorongan bunuh diri acap kali dialami korban. Tingkat stres yang berlebih, pengaruh ekonomi, lingkungan yang toxic hingga aksi bunuh diri tokoh idola sang korban.
"Keluarga yang tak harmonis, bully, ekonomi juga," katanya.
Bahkan, selama pandemi ini, banyak kliennya yang mengaku tertekan dan ingin mengakhir hidupnya.
Para penderita ganguan psikis ini juga dari latar usia yang beragam. Paling muda sekitar 15-16 tahun hingga mahasiswa di jenjang strata dua (S2).
Psikolog Lisdia menyarankan penanganan ganguan psikis bisa diatasi oleh diri pribadi. Untuk kasus tertentu, biasanya dengan terapi kognitif.
"Seperti bicara optimistis di depan cermin," katanya.
Namun, untuk kasus dengan gejala berat seperti suka menangis tiba-tiba, tak bisa tidur berhari-hari perlu konseling ke ahli kejiwaan.
Rumah sakit daerah menyediakan konselor bagi pasien yang ingin berkonsultasi. Pun dengan biaya yang terjangkau.
"Bisa kok pakai BPJS," ungkapnya.
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: