•   25 April 2024 -

Mengulas Program Wifi Gratis Rp 6 Miliar yang Hanya Dinikmati Segelintir Warga

Bontang - M Rifki
19 Maret 2022
Mengulas Program Wifi Gratis Rp 6 Miliar yang Hanya Dinikmati Segelintir Warga 3 orang bocah duduk meriung di Pos Kamling, RT 07, Kelurahan Api-Api siang itu. Mereka tengah berselancar dengan gawainya, memanfaatkan layanan wifi gratis yang dibayarkan pemerintah.

Janji kampanye Bontang Bebas Kuota pasangan Wali Kota Bontang Basri Rase dan Najirah  mulai diwujudkan, walaupun dengan jangkauan terbatas. DPRD menilai program ini hanya bersifat menggugurkan kewajiban

KLIKKALTIM.COM - 3 orang bocah duduk meriung di Pos Kamling, RT 07, Kelurahan Api-Api siang itu. Mereka tengah berselancar dengan gawainya, memanfaatkan layanan wifi gratis yang dibayarkan pemerintah.

Layanan wifi subsidi ini sudah dinikmati sejak penghujung tahun lalu. Pengguna sambungan internet gratis didominasi para bocah, mereka asik bermain game online atau sekadar menonton tayangan video media sosial di ponselnya.

Wifi gratis jadi komoditas politik pasangan Basri Rase dan Najirah. Di tahun pertama pemerintahannya sudah ditunaikan, walaupun masih dinikmati segelintir masyarakat saja.

Klik Juga Tambah 200 Titik Wifi Gratis, Pemkot Bontang Gelontorkan Rp 4,5 Miliar

Klik Kaltim merangkum saat ini layanan ini tersebar di 251 titik di 15 Kelurahan dengan kapasitas 50 Mbps di perkotaan dan kepulauan 7 Mbps dengan anggaran Rp 1,5 miliar. Dan rencananya akan ditambah lagi di tahun ini sehingga totalnya menjadi 467 dengan anggaran Rp 4,5 miliar.  (presentasi Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan).

peluncuran program wifi gratis tahap 1

Sebaran sambungan ini dipasang di tempat-tempat publik dengan radius 30 meter, seperti di RT 07, di wilayah Api-Api, di RT 21 juga dipasang di poskamling. Namun, pos tak selalu buka, saat media ke sana pos pengamanan lingkungan ini dalam kondisi tutup.

Di RT 22, Kelurahan Berbas Pantai, wifi gratis dipasang di sekolah Taman Kanak-kanak. Saban hari di lokasi ini ramai diisi bocah dan pemuda setempat.

Terbatasnya jangkauan sambungan membuat warga mengeluh. Ardi misalnya, rumahnya hanya berjarak 30 meter dari sambungan internet gratis di RT 21, Kelurahan Api-Api, tapi ia tetap berlangganan secara mandiri karena jangkauan terbatas.

"Saya pasang sendiri, bulanannya Rp 250 ribu," ujar Ardi.

Radius  sambungan internet hanya bisa menjangkau maksimal 4 rumah warga. Dengan asumsi apabila tiap kepala keluarga rata-rata diisi 4 orang (sesuai Badan Pusat Statistik) di 467 titik hanya dinikmati 7.472 kepala keluarga.

Dengan anggaran Rp 6 miliar sambungan ini diakses kurang dari 13 persen total kepala keluarga di Bontang, 58.292. (Disdukcapil.bontangkota.id/agregat/).

baliho program Wifi Gratis di pasang di Jalan Bhayangkara

Kepala Bidang Penyelenggara e-government, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bontang, Taufiqurrahman mengatakan layanan ini akan terus dikembangkan.

Saat ini, dengan 251 titik eksisting rata-rata pengguna tiap hari sebanyak 1000-1500 user. Dengan rencana tambahan 200 titik lagi, kemungkinan jumlah pengguna bisa bertambah 2 kali lipat.

“Sasaran kami bukan berapa luas tapi berapa banyak masyarakat yang bisa memanfaatkan program ini,” ungkap Taufiq.

Ia membenarkan program ini masih banyak kekurangan, di beberapa titik harus dipindah karena jangkauan terbatas. "Kita mau tepat sasaran, makanya kalau kurang pas yah dipindah," ungkapnya.

Rencananya, wifi gratis akan ditambah sebarannya termasuk peningkatan daya kecepatan di wilayah kepulauan dari 7 Mbps menjadi 20 Mbps.

Hanya Gugurkan Tanggungjawab

Anggota Komisi II DPRD Bontang Bakhtiar Wakkang menilai program wifi gratis hanya bersifat menggugurkan tanggungjawab.

Alih-alih dinikmati seluruh lapisan masyarakat, wifi gratis hanya menjadi lokasi anak-anak bermain game online. "Kalau dengan anggaran Rp 6 miliar hanya fasilitasi anak bermain game saja kan sayang uangnya," ungkap politisi Nasdem ini.

Menurutnya, wifi gratis seharusnya bisa menjadi solusi bagi pelaku usaha mikro atau anak sekolah selama pembelajaran daring.

Tetapi, kondisi di lapangan jauh berbeda. Alih-alih tempat belajar justru menjadi sarana bagi para anak untuk bermain game online, tanpa pengawasan orang tua. "Kan tidak mungkin orang tua monitor selalu mereka, dari dulu saya bilang supaya dibatasi akses untuk bermain atau konten yang tak mendidik," seru Bakhtiar. (bagian 1) 




TINGGALKAN KOMENTAR