•   20 May 2024 -

Kisah Ahmad Merintis Bisnis Ukir Kayu di Bontang, Tertatih di Awal, Kini Pelanggan Silih Berganti

Bontang - Asriani
05 Desember 2021
Kisah Ahmad Merintis Bisnis Ukir Kayu di Bontang, Tertatih di Awal, Kini Pelanggan Silih Berganti Ahmad memahat dengan motif ukiran dayak di Pameran UMKM di Lapangan Bessai Berinta (Lang-Lang)/ Asriani - Klik Kaltim.

KLIKKALTIM.COM - Suara pahatan kayu di tengah khalayak bising menggema, di dalam ruangan di pameran UMKM di lapangan Bessai Berinta, Jalan Aip KS Tubun, Kelurahan Api-api, Kecamatan Bontang Utara, Senin (6/12/2021). 

Ahmad, tampak sibuk memahat ukiran pesanan pelanggannya. Di atas kayu ulin sepanjang 1 meter, ia merajah permukaan kayu dengan pahat membentuk motif etnis Dayak.

"Ini pesanan teman, saya sekalian pasarkan karena sambilan dikerjain," ujarnya saat membuka perbincangan dengan Klik Kaltim, Senin (6/11/2021).

Ahmad bercerita, keterampilan ukir ia peroleh dari pengalamannya saat ikut bekerja dengan orang lain, di Pulau Jawa. Sebelas tahun bekerja sebagai karyawan, ia mulai berani mendirikan usahanya sendiri. 

Bisnisnya mulai berdiri medio 2018 lalu, ia memberanikan diri meminjam modal demi mewujudkan cita-cita yang lama dipendam.

"Saya minjam modal pas mulai usaha," ujarnya.

Dengan modal Rp 20 juta, Ahmad membeli perlengkapan untuk bisnis ukirnya. Merintis usaha, pelan-pelan ia jalani. Seiring waktu roda perusahaannya mulai mantap berputar. 

"Kadang saya dipinjami alat dari teman buat mengukir," imbuhnya.

Kata Ahmad, untuk memesan alat ukir bervariasi. Pun bahan material tergantung pemesan. Tergantung keinginan dari pemesan, biasanya menyiapkan material sendiri dan bisa juga disiapkan darinya.

Klik Juga : Dinas-dinas Dapat Rapor Merah Dewan

Untuk omzet, ia tak bisa memprediksi, tergantung banyaknya pemesan. Ketika pesanan banyak ia mampu meraup omzet sekitar Rp 4 hingga Rp 5 juta dalam sebulan. Namun, ketika pesanan kurang, ia hanya mampu meraup omzet sekira Rp 2 hingga Rp 3 juta.

"Jadi tergantung orang yang memesan mbak, kadang banyak, kadang kurang kadang juga tidak ada, tetap disyukuri," tuturnya.

Meski sebagai pengusaha ukir kayu, ia tetap mencari pekerjaan sampingan ketika tak ada pesanan ukir masuk.

Tiga tahun ia membuka usaha ukir kayu, namun usaha itu belum pernah diimpor ke luar Bontang. Ia memaklumi, karena merintis sebuah usaha memerlukan kesabaran. "Belum pernah ke luar Bontang, Masih minim pemasaran," terangnya.

Ia pun berharap, dengan diperkenalkan di pameran, usaha ukirannya bisa lebih dikenal banyak orang.




TINGGALKAN KOMENTAR