•   29 April 2024 -

Menyiapkan Diri Menjadi Mandiri

Korporasi - Dobi Rizami
25 Januari 2019
Menyiapkan Diri Menjadi Mandiri Dobi Rizami

SEKILAS informasi kita melihat dan mendengarkan obrolan dan diskusi remaja muda-mudi. Baik yang masih menempuh pendidikan maupun yang sudah menyelesaikan ataupun putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikut. Mereka berbicara tentang masa depan. Si A misalnya mengatakan kalau sudah selesai kuliah akan melanjutkan pendidikan dengan harapan mudah mendapatkan pekerjaan. Sedangkan si B mengatakan ingin melanjutkan pendidikan berbahasa asing. Apapun kemudian pilhannya, si A dan B sudah memiliki pilihan impian dan harapan untuk masa depan mereka.

Pada kenyataan kita diperlihatkan dengan keadaan yang berbeda. Banyak lulusan perguruan tinggi ataupun yang putus melanjutkan pendidikan belum mendapatkan ruang pekerjaan. Tantangan yang dihadapkan sekarang penuh dengan permasalahan apabila tidak ada tindakan terobosan menuju kemandirian. Tata kehidupan suatu sistem, bukan membuat keliru, tapi kita perlu menentukan sikap menghadapi perubahan zaman.

Kemandirian merupakan usaha melakukan dan mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukannya serta menjalin hubungan yang suportif dengan orang lain (Stemberg 2002). Hal sama namun dengan narasi berbeda diungkapkan Shaffer (2002). Menurutnya, kemandirian sebagai kemampuan untuk membuat keputusan dan menjadikan dirinya sumber kekuatan emosi diri sehingga tidak bergantung kepada orang.

Pandangan tersebut ibarat membangun energi  untuk menggali potensi kekuatan dalam menjawab tantangan yang harus dijalankan. Setiap masa ada zamannya setiap zaman ada orangnya. Kesuksesan  kemandirian tidak dapat dicapai hanya dengan zona kenyamanan dan berpangku tangan, tetapi dapat dicapai dengan tekad komitmen dalam hal keuletan, kejujuran, disiplin dan kerja keras dalam memaksimalkan potensi diri mencari pengetahuan membaca peluang menjadi tindakan. 

Pengusaha asal Tiongkok yang sukses dengan jaringan bisnis Ali Baba, Jack Ma mengatakan bahwa generasi muda perlu memiliki keterampilan atau soft skills. Antara lain kemampuan berpikir independen, kreatifitas, kerjasama dan kepedulian pada orang lain. Bila mengikuti saran Jack Ma, maka keterampilan seperti seni musik, melukis dan olah raga menjadi penting. Dengan bekal ini kita mampu untuk terus berinovasi atau menemukan solusi yang bermanfaat (Kompas; Senin, 14 Januari 2019 Beradaptasi di Era Industri 4.0).

Semua hal ini  mungkin membuat kita terimajinasi menggali potensi untuk terealisasi  menyiapkan diri  menjadi mandiri dengan memulai  berwirausaha  melihat peluang dan kesempatan  dengan cerdas menganalisis kebutuhan barang atau jasa. Atau mengembangkan usaha kecilsecara umum seperti industri rumah tangga berupa makanan dan minuman dan souvenir. Bisa juga mulai melirik usaha jasa dengan kemampuan terbatas semacam laundry, sablon, cuci mobil dan motor, jasa ketik rental, guru privat, penerjemah, menjahit, salon kecantikan dan tukang cukur.

Kalau misalnya lebih tertarik untuk berdagang, cobalah untuk membuka warung sembako, distro, kios koran. Ada juga bisnis kulilner yang percayalah ta akan pernah mati. Bisnis makanan diyakini masih akan mendapat tempat. Pertumbuhkan penduduk menjadi pertimbangan utama. Tapi, kalau siap untuk mandiri secara ekstrem, coba bisnis ini; peternakan. Perbadingan jomplang antara penyedia dan konsumen di bidang itu masih sangat terbuka lebar. 

Mengembangkan usaha kecil di atas harus memperhatikan geliat perkembangan teknologi dalam memperluas akses pemasaran. Langkah awal usaha kecil  dijalankan untuk meraih impian keluar dari kebingungan mencari pekerjaan. Atau, bila tak tertarik dengan berbagai usaha mainstream di atas, Anda bisa mencoba inovasi lain yang dapat menghasilkan produk bernilai ekonomis.

Presiden Amerika ke-44 mengatakan dengan sangat yakin; perubahan tidak akan pernah terjadi jika kita terus menunggu waktu atau orang yang tepat. Kita adalah perubahan itu sendiri. (*)

 

(Penulis adalah Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Bontang)

 

 




TINGGALKAN KOMENTAR