•   26 April 2024 -

Hebat, Juru kuncen Kuburan Muslimin Ini Tak Pernah Menunggak Iuran BPJS Kesehatan

Ekonomi - Yoyok S
06 Agustus 2019
Hebat, Juru kuncen Kuburan Muslimin Ini Tak Pernah Menunggak Iuran BPJS Kesehatan Bari, Peserta BPJS Kesehatan

KLIKKALTIM --- Budaya gotong royong merupakan salah satu perwujudan nyata dari semangat persatuan masyarakat Indonesia. Salah satu contohnya adalah, dengan secara rutin membayar iuran BPJS Kesehatan.

Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dalam implementasi prinsipnya adalah gotong royong. Melalui kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan kesehatan, secara otomatis turut mencover biaya peserta BPJS Kesehatan lainnya melalui program kesehatan Nasional JKN KIS.
 
Salah satu kesadaran gotong royong itu ada pada peserta, Bari (58). Pria paruh baya ini  berprofesi sebagai juru kunci pemakaman di Keluarahan Lempake, Kota Samarinda. Masyarakat sekitar lebih mengenal dengan panggilan Pak Dhe Tiwi.
 
Pak Dhe Tiwi mengungkapkan banyak cara agar diri kita dapat bermanfaat bagi orang lain, salah satunya adalah dengan menjadi peserta JKN-KIS. Ia dan keluarga telah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS dari segmen Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) sejak akhir tahun 2017 silam.
 
“Saya berpikir apabila saya sehat, berarti iuran yang saya bayarkan akan digunakan untuk membantu peserta yang sedang sakit. Disinilah peluang saya sebagai peserta JKN-KIS untuk beramal bagi orang lain tanpa saya tau siapa yang orang yang saya bantu, begitu juga sebaliknya,” terang Pak Dhe Tiwi.
Sejak menjadi peserta JKN-KIS, Pak Dhe Tiwi dan keluarga benar-benar merasakan manfaat dari salah satu program JKN KIS untuk memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pengalaman mendapat layanan itu membuatnya rutin membayar iuran.
 
“Beberapa bulan setelah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS, anak saya kakinya harus dioperasi karena ada benjolan. Info dari rumah sakit biayanya bisa sampai 3 atau 4 juta, disitu hati saya benar-benar terketuk padahal saya baru beberapa bulan membayar iuran dan apabila ditotal-total belum sebanyak biaya operasi tersebut,” kenang Bari.
 
Menurutnya, disinilah prinsip gotong royong dalam pelaksanaan program JKN-KIS. Pun sangat dirasakan oleh peserta dengan membantu antara peserta yang sehat, dan yang sakit.
 
“Saya paham biaya yang dikeluarkan untuk mengobati anak saya berasal dari peserta yang sehat, artinya saya masih memiliki hutang kepada peserta JKN-KIS lainnya, sehingga saya memiliki kewajiban untuk terus membayar iuran, saya takut menanggung hutang dan nggak mau hutang ini dibawa mati,” ungkap Bari.
 
Bari benar-benar memahami makna gotong royong dalam program JKN-KIS dan ia terus rutin membayar iuran sebagai salah satu kewajiban sebagai peserta JKN-KIS.
 
“Kepada seluruh peserta JKN-KIS, baik yang sudah memanfaatkan maupun yang belum memanfaatkan, agar terus membayar iuran. Jangan dianggap sebagai beban tapi niatkan untuk beribadah,” tutup Bari. (KA/ej)



TINGGALKAN KOMENTAR