Dinkes Bontang Catat 42 Kasus HIV Baru; Penularan dari LGBT hingga Pengguna Narkoba
Ilustrasi ChatGPT
BONTANG- Jumlah penderita HIV di Bontang masih terus bertambah. Pada 2025 ini Dinas Kesehatan mencatat 42 kasus baru diperoleh, walaupun masih ditemukan namun jumlah kasus menurun dalam 2 tahun terakhir.
Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bontang, Nur Ilham mengatakan mayoritas kasus baru tahun ini masih didominasi kelompok usia produktif. “Mayoritas temuan baru ada pada usia 25 sampai 49 tahun. Ini yang terus kita waspadai,” ujarnya.
Adapun rincian temuan baru pada 2025 antara lain empat orang di atas usia 50 tahun, 29 orang usia 25 hingga 49 tahun, empat orang usia 20 hingga 24 tahun, dan lima orang usia 15 hingga 19 tahun.
Jika ditarik sejak 2016, total kasus HIV di Bontang mencapai 582 orang, terdiri dari 377 laki-laki dan 205 perempuan. Berdasarkan kelompok umur, sebanyak 70 orang berusia 50 tahun ke atas, 409 orang usia 25 hingga 49 tahun, 71 orang pada usia 20 hingga 24 tahun, serta 17 orang di rentang usia 15 hingga 19 tahun.
"Dari total tersebut, 397 orang tercatat masih menjalani pengobatan, 110 orang meninggal, dan 71 orang gagal follow-up atau putus pengobatan," terangnya.
Nur Ilham menjelaskan penularan HIV umumnya terjadi melalui hubungan seksual tidak aman, baik antara laki-laki dan perempuan maupun sesama jenis atau LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).
Selain itu, penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian serta kontak darah melalui luka terbuka, donor darah, dan transfusi darah juga menjadi faktor risiko.
"Jadi HIV ini tidak menular melalui berjabat tangan, bersin, atau kontak fisik biasa. Secara garis besar melalui kontak darah dan hubungan badan," tuturnya
Untuk melakukan pencegaha Dinkes Bontang juga aktif melakukan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS, melalui seluruh puskesmas yang menyasar pelajar SD, remaja, dewasa hingga para orang tua. Edukasi tersebut mencakup pemahaman bahaya HIV/AIDS, risiko penggunaan jarum suntik, hingga kesehatan reproduksi.
Fasilitas kesehatan disebut sudah memiliki SOP ketat terkait skrining darah, sehingga masyarakat diimbau untuk rutin melakukan pengecekan kesehatan.
"Terutama pasangan yang hendak menikah, termasuk tes sifilis, Hepatitis B, dan HIV," ungkapnya.
Pemberian Obat ARV
Ibu hamil juga menjadi prioritas pemeriksaan agar jika ditemukan indikasi virus dapat ditangani sejak awal. Penanganan diberikan melalui terapi antiretroviral (ART) selama kehamilan, persalinan caesar jika viral load tinggi, pemberian obat ARV untuk bayi setelah lahir, serta tidak memberikan ASI langsung jika memungkinkan.
Hingga kini belum ada obat yang bisa menghilangkan HIV secara total. Namun obat Antiretroviral (ARV) dapat menekan jumlah virus di dalam tubuh sehingga penderita dapat tetap hidup sehat dan menurunkan risiko penularan.
“Virus ini menyerang imunitas sehingga memicu komplikasi. Karena itu pengobatan ARV sangat penting agar virus tidak berkembang,” kata Ilham.
Dinkes Bontang mengajak masyarakat untuk tidak ragu melakukan pemeriksaan sejak dini dan menjaga perilaku aman.
"Semakin cepat ditemukan, semakin besar peluang penanganan yang efektif dan mencegah penyebaran kepada orang lain," pungkasnya
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: