•   17 May 2024 -

dr. Abdul Mukti : Sistem Kesehatan akan Chaos Jika Tidak Ada Pembatasan Sosial

Samarinda - Redaksi
22 Maret 2020
dr. Abdul Mukti : Sistem Kesehatan akan Chaos Jika Tidak Ada Pembatasan Sosial Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, dr. Abdul Mukti

KLIKKALTIM.com – Kebijakan pemerintah untuk membatasi kegiatan yang berpotensi berkumpulnya banyak orang adalah langkah kewaspadaan dini terhadap menyebarnya virus COVID-19. Sifat virus yang mudah menginfeksi secara massif maka pembatasan pertemuan menjadi kondisi penting yang wajib dilakukan. Kapasitas Rumah Sakit (RS) dan fasilitas penunjang lainnya yang terbatas, sementara penanganan kesehatan jika melibatkan jumlah pasien yang besar akan memungkinkan sistem kesehatan menjadi chaos (kacau).  

Demikian disampaikan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, dr. Abdul Mukti, saat dihubungi, Minggu (22/3/2020). Ia mengingatkan bahwa kapasitas RS menampung dan menangani orang sakit dengan kondisi yang berat seperti COVID-19 memilik keterbatasan.

“Bisa dilihat berapa RS rujukan di tempat kita dan bagaimana fasilitas penunjang tersedia. Bahkan jika dimaksimalkan semua tidak akan cukup jika jumlah orang yang masuk RS bertambah banyak hingga melampaui kapasitas. Maka disitu sistem kesehatan kita bisa chaos. Di Italia ada berita sudah sampai pada tahap memilih mana pasien yang bisa ditangani dan mana yang dibiarkan. Mungkin meninggal sendiri tanpa diapa-apakan. Misalnya memilih meninggalkan orang-orang tua dengan dasar bahwa tingkat berhasil pulihnya lebih rendah,” papar Mukti yang juga berpraktek di RS AW. Syahranie ini.

Ia menegaskan pentingnya masyarakat melakukan stay at home, work from home, pembatasan jarak sosial (social distancing), cuci tangan, dan menggunakan masker. Hal ini sesuai yang telah disampaikan sejumlah pihak yang berkompeten sebagai upaya mencoba menahan laju persebaran wabah. Tujuannya, ungkap Mukti, seperti mengambil waktu supaya RS-RS yang sudah disiapkan tidak kehabisan tempat dan fasilitas untuk menangani pasien-pasien yang masuk.

“Supaya tidak secara serentak dan massif pasien viruscorona masuk RS. Sambil mencoba menambah terus kapasitas. Kini bahkan wisma atlit dijadikan RS untuk berjaga-jaga. Kebijakan menjaga jarak sosial juga agar memberi kesempatan untuk mendatangkan/mendistribusikan alat/fasilitas penunjang. Ini semua yang bisa dilakukan sampai kita bisa menemukan vaksinnya,” jelas Mukti.

Ia menambahkan bahwa penyakit ini telah menjadi pandemi (wabah di seluruh dunia) di masa kini. Semua negara menjadi gagap menghadapi pandemi ini. Bahkan di negara-negara maju sekalipun seperti di Italia saat ini gelapan pula. Tapi langkah bersama semua orang di semua level, setiap negara, diharapkan dapat mengatasi wabah yang terjadi.

“Pernah juga terjadii wabah pandemi flu Spanyol satu abad lalu (1918-1920) yang menginfeksi sekitar 500 juta penduduk dunia, membunuh jutaan hingga perkiraan 2-20% pasien yang terinfeksi. Di wilayah Hindia Belanda masa itu dapat dihitung sekitar 900.000 kematian dalam waktu empat bulan,” urainya.

Ini penyakit baru, semua masih penelitian, bahkan di China yg paling maju risetnya saat ini ttg penyakit ini dg semua sumberdaya mrk tetap semua masih mencari cara/bgmana penyebarannya/protokol pencegahan/protokol penanganan kalo ada yg sakit/obat/vaksin, belum ada yg baku sd saat ini, namun jika ada protokol2, imbauan/anjuran, cara2 yg diterapkan saat ini dari pihak kompeten, itulah yg mjd ikhtiar bersama. Mdh2n diantara kita tdk sampai ada yg mjd korban...

Pada dasarnya menurut Mukti, virus jika masuk ke tubuh, maka sangat tergantung pada sistem kekebalan tubuh seseorang. Imunitas setiap orang bervariasi tetapi anak-anak dan orang tua biasanya lebih lemah. Reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang membuat tubuh menjadi sakit. Jika virus influenza paling cuma menyebabkan demam, pilek, batuk dan seterusnya dapat sembuh. Tapi virus SARS-cov-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 , bagi orang yang terinfeksi bisa mengalami pneumonia (radang paru) yang masif dan cepat. Beberapa yang memiliki kelainan klinis lainnya yang berat pada organ-organ tubuh lainnya maka akan menyebabkan kematian (semua masih diteliti). Tapi jika imunitasnya mampu melawan keadaannya maka akan membaik hingga sembuh seperti orang habis kena flu tidak terjadi apa-apa.

“Orang yang bagus imunitasnya ada yang positif tapi tidak terjadi apa-apa bahkan tidak menunjukkan gejala sakit atau paling sakit ringan habis itu sembuh. Yang jenis ini dengan dikarantina di RS atau self-isolasi di rumah sudah dapat sembuh. Tujuan juga agar yang utama jangan sampai dia menularkan ke orang lain. Tapi banyak yang tidak ada gejala ini tidak tahu kalau lagi mengidap virusnya. Hanya yang sadar saja yang melaporkan riwayat perjalanannya atau pernah kontak denga orang yang positif sebelumnya,” terangnya.

Mengenai penyembuhan viruscorona, Mukti mengatakan sampai saat ini belum ada vaksin corona ditemukan. Pasalnya, melawan virus hanya bisa dilakukan dengan vaksin pula. Karena denga vaksin tubuh diberi virus yang telah dilemahkan. Hal ini supaya tubuh bisa memproduksi imunitas sendiri, Jadi begitu ada virus corona lagi yang menyerang tubuh maka sudah siap menghadapinya.

“Wacana berita yang saya baca di Inggris memilih cara Herd-immunity. Keyakinannya bahwa nanti semua akan kena infeksi baru bisa reda penyebarannya, karena hanya yang pernah terinfeksi dan bertahan hidup yang punya kekebalan terhadap virus corona ini,” tandasnya.




TINGGALKAN KOMENTAR