Saat Angka Stunting Turun, Bontang Jadi Sorotan Positif di Kaltim
Wakil Gubernur Seno Aji.
Bontang - Ketika laporan penurunan angka stunting di Kalimantan Timur dirilis, perhatian Wakil Gubernur Seno Aji langsung tertuju pada tiga daerah yang dinilai mampu menunjukkan perubahan nyata. Di antara deretan kota dan kabupaten, nama Bontang kembali mencuat—kali ini bukan karena geliat industrinya, melainkan keberhasilannya menekan angka stunting hingga 20,7 persen.
Di sebuah kesempatan, Seno Aji menyampaikan apresiasinya. Nada suaranya terdengar optimistis, seakan memberi energi baru bagi daerah yang terus berupaya memperbaiki kualitas generasi mudanya. “Samarinda, Kukar, dan Bontang berhasil menurunkan angka stunting. Kami berterima kasih atas kerja keras mereka,” ujarnya.
Data menunjukkan, Bontang bukan satu-satunya yang mencatat kemajuan. Samarinda berada pada angka 20,3 persen, sementara Kutai Kartanegara mencatat 14,2 persen. Ketiga daerah ini kini berada di bawah rata-rata provinsi—sebuah sinyal bahwa langkah-langkah intervensi yang dilakukan mulai membuahkan hasil.
Namun, Seno Aji tak menutup mata. Di sisi lain, masih ada daerah yang membutuhkan perhatian ekstra. Kutai Timur dan Balikpapan, misalnya, masih mencatat prevalensi stunting di atas angka provinsi maupun nasional. “Daerah-daerah ini perlu penanganan lebih intens agar Kaltim bisa mengejar target nasional,” katanya.
Ia kemudian merujuk pada Perpres Nomor 72 Tahun 2021, yang menjadi landasan strategi penurunan stunting. Dua pilar utama—intervensi spesifik dan intervensi sensitif—menjadi kunci yang harus berjalan beriringan. Intervensi sensitif melibatkan banyak sektor, sedangkan intervensi spesifik berada di garis terdepan dan wajib digarap secara masif oleh OPD terkait. “Di sinilah kerja kolaboratif menjadi sangat penting,” tegasnya.
Seno juga menyinggung tantangan teknis di lapangan. Pengukuran banyak dilakukan pada rentang usia 0–11 bulan, usia yang sangat dinamis. “Anak di bawah satu tahun sering terlihat tidak sesuai standar, tapi ketika mendapatkan penanganan orang tua dan fasilitas kesehatan, mereka bisa tumbuh cepat,” jelasnya. Pernyataannya menyiratkan bahwa angka statistik sering kali hanya potret sesaat dari proses tumbuh kembang yang terus berubah.
Di Bontang sendiri, Wali Kota Neni Moerniaeni memandang capaian ini sebagai hasil kerja panjang yang dilakukan bersama masyarakat. Di posyandu-posyandu, para kader dengan telaten menimbang balita, mencatat perubahan, hingga membagikan makanan tambahan bergizi. Puskesmas dan Dinas Kesehatan bergerak serempak, memastikan pemantauan dilakukan secara rutin.
“Ketika balita ditimbang serentak dan diberi makanan bergizi selama 60–90 hari, hasilnya terlihat nyata,” ujar Neni. Baginya, setiap sendok PMT yang diberikan bukan sekadar program, tetapi investasi bagi masa depan anak-anak Bontang.
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: