33 Ribu Batik Sekolah Dikerjakan di Jawa, Najirah : Kita Minta Berdayakan Penjahit Lokal

KLIKKALTIM.COM- Keputusan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang memilih perusahaan luar mengerjakan proyek pengadaan batik seluruh siswa SD dan SMP ternyata tak diketahui Wakil Wali Kota Bontang Najirah.
Pengadaan 33.370 batik kepada murid sekolah negeri dan swasta ini menelan anggaran Rp 12 miliar. Perusahaan asal Malang mendapat kontrak pekerjaan ini.
Najirah mengatakan, semula menginstruksikan agar kegiatan ini ikut memberdayakan penjahit lokal supaya bisa menggerakan ekonomi daerah. "Nanti saya akan panggil. Selama ini mereka tidak ada lapor. Saya aja tidak tahu. Padahal kita komitmen berdayakan penjahit lokal," ucap Najirah kepada Klik Kaltim, Jumat (14/6/2024).
Najirah mengatakan segera memanggil Disdikbud untuk meminta penjelasan terkait keputusan mereka. Di samping itu, ia juga meminta alasan tidak menggunakan penjahit lokal.
Menurut Najirah, seharusnya pemerintah bisa menyesuaikan harga pasar di Bontang. Apabila terlalu mahal, sebaiknya ada proses tawar menawar antara keduanya agar penjahit lokal tetap diberdayakan dalam kegiatan pemerintah.
"Kita harus tanya dulu. Jadi harusnya di sesuaikan dulu hitungan kalau harga menggunakan penjahit lokal. Dari awal bisa dibicarakan dan lebih matang perencanaannya," sambungnya.
Baca Juga : Ikuti Arahan Wali Kota, Pengadaan Seragam Sekolah Berdayakan Penjahit Lokal
Najirah meminta para OPD untuk bisa memberdayakan masyarakat lokal. Jangan sampai justru anggaran daerah lari ke luar daerah.
"Makanya ini ditekankan agar uang kita bisa berputar didaerah. Saya akan komunikasi dulu yah," ucapnya.
Sebelumnya, Disdikbud Bontang tidak menggunakan penjahit lokal dalam proyek pengadaan seragam batik pada 2024 ini. Hal ini berarti seragam batik bagi pelajar di Bontang akan diproduksi di luar daerah.
Kepala Disdikbud Bontang Bambang Cipto Mulyono mengatakan, alasan tidak menggunakan penjahit lokal karena Standar Satuan Harga (SSH) yang tidak sesuai dengan jumlah anggaran. Jika mengacu pada standar daerah, maka nilainya akan terlalu tinggi. Sayangnya Bambang tidak merinci berapa nilai SSH lokal.
"Kalau untuk seragam batik tidak pakai penjahit lokal. Karena ongkosnya tinggi. Jadi kita pakai dari luar daerah," ucap Bambang kepada Klik Kaltim
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: