Pembangunan Pabrik Soda Ash di Bontang Dimulai, Terget Beroperasi 2028
PT Pupuk Kaltim resmi memulai pembangunan pabrik Soda Ash pertama di Indonesia melalui prosesi groundbreaking yang digelar pada Jumat (31/10/2025).
BONTANG – PT Pupuk Kaltim resmi memulai pembangunan pabrik Soda Ash pertama di Indonesia melalui prosesi groundbreaking yang digelar pada Jumat (31/10/2025). Proyek strategis nasional ini ditargetkan tuntas pada Maret 2028 mendatang.
Sejak Juni 2025, PT Pupuk Kaltim telah memulai tahap awal berupa pematangan lahan seluas 16 hektare yang akan menjadi lokasi utama fasilitas produksi Soda Ash.
Dalam pelaksanaan proyek ini, Pupuk Kaltim menggandeng konsorsium PT TCC Indonesia Branch – PT Enviromate Technology International sebagai mitra Engineering, Procurement, and Construction (EPC).
Groundbreaking turut dihadiri Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Kaltim Gusrizal, Komisaris Utama Pupuk Kaltim Andhi Nirwanto, Wali Kota Bontang Neni Moernaeni, Ketua DPRD Bontang, serta Kepala Dinas ESDM Kaltim. Turut hadir pula Director of Business Performance and Assets Optimization Danantara Indonesia, Bhimo Aryanto, yang secara simbolis membuka prosesi pembangunan.
Dalam sambutannya, Rahmad Pribadi menyebut proyek ini sebagai momentum bersejarah bagi industri kimia nasional. Ia mengatakan, pembangunan pabrik Soda Ash telah menjadi cita-cita bangsa sejak lebih dari tiga dekade lalu.
“Setelah 30 tahun menjadi rencana, akhirnya proyek ini bisa terwujud di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Ini menjadi kado satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka,” ujar Rahmad.
Menurutnya, keberadaan pabrik ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor Soda Ash, yang saat ini mencapai 1 juta ton per tahun. Pabrik di Bontang ditargetkan mampu memproduksi 300.000 metrik ton Soda Ash dan 300.000 metrik ton Amonium Klorida per tahun.
“Indonesia memiliki semua bahan bakunya. Melalui proyek ini, kita bisa memperkuat kemandirian industri nasional. Saya titip agar Pupuk Kaltim mengawal proyek ini hingga tuntas. Semoga mimpi besar masyarakat Indonesia segera terwujud,” tambahnya.
Komisaris PT Pupuk Indonesia Rachland Nashidik menyebut pembangunan pabrik Soda Ash sebagai sejarah baru industri hilirisasi di Indonesia. Dengan kapasitas 300 ribu metrik ton per tahun, pabrik ini diproyeksikan dapat menekan impor Soda Ash hingga 30 persen.
Selain itu, pabrik ini juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon, melalui pemanfaatan 174.000 ton CO₂ per tahun sebagai bahan baku produksi.
“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pupuk Indonesia yang terus mendukung Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya dalam penguatan hilirisasi industri,” ujar Rachland.
Dukungan dari Pemkot Bontang
Wali Kota Bontang Neni Moernaeni menyampaikan dukungan penuh terhadap pembangunan pabrik Soda Ash ini. Ia menilai investasi tersebut menjadi bukti nyata bahwa Bontang terbuka bagi industri yang berorientasi pada nilai tambah dan hilirisasi.
“Selama 30 tahun Indonesia menantikan hadirnya industri Soda Ash. Kami sangat mendukung upaya pemerintah pusat melalui Asta Cita Hilirisasi,” kata Neni.
Ia juga mengapresiasi kontribusi sosial PT Pupuk Kaltim yang selama ini aktif menyalurkan dana CSR untuk membantu perekonomian masyarakat.
“Pertumbuhan ekonomi Bontang tanpa migas mencapai 9 persen. Ini menunjukkan kontribusi sektor industri yang cukup kuat bagi daerah,” tambahnya.
Sementara itu, Bhimo Aryanto dari Danantara Indonesia menegaskan bahwa pabrik Soda Ash memiliki nilai strategis dalam memperluas rantai industri hilir di Tanah Air.
“Pabrik ini menjadi bagian penting dalam memperkuat industri nasional sekaligus mengurangi ketergantungan impor. Ini adalah langkah konkret mendukung Asta Cita Presiden dalam menciptakan hilirisasi industri,” ujarnya.
Selama masa konstruksi, proyek ini akan menyerap sekitar 800 tenaga kerja, sementara pada fase operasional akan mempekerjakan sekitar 86 orang.
Pembangunan akan berlangsung hingga Maret 2028, dengan dua tahapan: EPC A berdurasi 33 bulan dan EPC B selama 32 bulan.
Selain mendukung penguatan industri nasional, pabrik ini juga berperan dalam ketahanan pangan, dengan memanfaatkan Amonium Klorida sebagai pupuk nitrogen langsung (direct fertilizer) maupun bahan baku NPK.
“Kami berkomitmen memperkuat rantai industri nasional, menciptakan nilai tambah di dalam negeri, dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat,” tutup Bhimo. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari klikkaltim.com dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: