Anak Tubuh Pendek Belum Tentu Stunting; Neni Minta Validasi Ulang Data

BONTANG- Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni meminta data anak stunting divalidasi ulang. Alasannya, karena masih ditemui data yang tak masuk kriteria stunting namun tetap tercatat di basis data. 

Saat ini jumlah anak stunting di Bontang sebanyak 1.500an anak. Anak stunting tak hanya bertubuh pendek namun kekurangan gizi secara kronis. 

Sayangnya, data yang tercatat saat ini tak valid sebab anak-anak dengan tubuh tengkes atau pendek tetap tercatat sebagai stunting. Padahal anak tengkes belum tentu stunting. 

Temuan ini diperoleh saat Wali Kota Neni mengumpulkan sejumlah dinas terkait penanganan stunting, Rabu (30/4/2025) malam. 

Dinas Kesehatan beralasan anak-anak tengkes tercatat sebagai stunting karena mengikuti Petunjuk Teknis (Juknis) dari Kementerian Kesehatan. Salah satu indikatornya, tinggi badan minus 2 centi dari umur ideal. 

"Ini yang aneh. Bisa jadi mereka itu tengkes atau pendek karena genetik. Jangan serta merta dimasukkan stunting kasian," ucap Neni Moerniaeni kepada Klik Kaltim. 

Namun, Neni menemukan fakta berbeda dari data yang tercatat. Di Bontang Lestari misalnya, dari 45 anak yang didiagnosis stunting setelah diverifikasi ulang hasilnya hanya separuhnya atau 21 saja anak tumbuh tengkes. 

Setelah ditelaah gizi dan berat badan jumlahnya menyusut menjadi 7 anak saya yang didiagnosis stunting. 

"Kalau begini kan saya uang yang dialokasikan akan tidak efektif. Saya minta kembali terjun periksa semua dengan baik," sambungnya. 

Lebih lanjut, Pemerintah Kota Bontang diketahui mengalokasikan Rp4 Miliar untuk makan sehari 2 kali ke anak stunting. 

Menu yang disajikan juga harus mendukung tumbuh kembang anak. Tidak seeta merta memberikan komposisi dominan pada karbohidrat. 

"Seinbang ini tugas ahli gizi. Menghitung komposisi makanan ideal dan disajikan dengan menarik agar memacu anak nafsu makan," pungkasnya.